Oleh: Retno Sulistyorini
Anak adalah anugerah, amanah, titipan dan pemberian yang istimewa yang diberikan kepada setiap orang tua dari sang pemilik hidup, Allah SWT. Selayaknya sesuatu yang istimewa, kita pun harus menjaga serta merawatnya dengan extra hati –hati pula. Sangat disayangkan bila anak kita, sebagai generasi penerus, tidak dijaga dan diarahkan dengan baik. Banyak orang tua yang tidak memahami kebutuhan dasar anak, mereka pikir kebutuhan anak hanya sebatas materi. Kebutuhan makan, tempat tinggal, mainan dan kebutuhan pendidikan di tempat formal. Padahal kebutuhan non materiil jauh lebih penting. Sehingga pada tahap perkembangan tertentu (biasanya remaja), orang tua mengalami masalah dan kesulitan dalam menangani perilaku dan kebiasan-kebiasan anaknya, yang dianggap merugikan masa depan anak tersebut.
Saya pengajar di salah satu SMK swasta, sering
mendapati kasus-kasus anak-anak yang bermasalah. Bermasalah dari segi
pergaulan/perilaku, bermasalah dari sisi akademis dan bermasalah di lingkungan
tempat tinggalnya. Apa sih masalah yang klasik yang dialami remaja jaman
sekarang ? tawuran kah ? narkoba kah ? atau apa ni ? Anak-anak pada era
tekhnologi yang maju sekarang ini, mempunyai tantangan yang lebih berat dibandingkan
dengan remaja 20 atau 30 tahun silam. Jaman saya dulu, belum ada internet,
perekonomian juga belum seperti sekarang, sehingga sifat materialistis dan
persaingan kebendaaan belum lah seperti sekarang.
Kebanyakan anak remaja jaman sekarang menggunakan dan menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk social media dan game (disni saya menggunakan kata “kebanyakan”, yang artinya adalah mayoritas dari anak remaja, berarti masih ada kelompok minoritas anak muda yang lainnya). Yap, dua hal tersebut sudah menjadi candu, candu yang membuat generasi sekarang menjadi generasi yang lalai dan terbuai, mereka lupa tugas utamanya, mereka tidak lagi bisa memprioritaskan pendidikan. Tidak memprioritaskan pendidikan bukan berarti mereka putus sekolah, tapi mereka menjalani proses pendidikan/proses belajar hanya sekedarnya saja. Tidak ada lagi kompetisi atau persaingan untuk mendapat prestasi yang lebih baik. Sekolah hanyalah dijadikan tempat yang wajib dikunjungi karena statusnya sebagai pelajar. Tidak ada lagi motivasi yang kuat, bahwa sekolah adalah tempat untuk menempa dan menimba banyak ilmu. Karena ilmu hanya cukup didapat hanya dengan duduk serta mendengarkan materi pemberian Guru. Tidak ada lagi eksplorasi-eksplorasi ke ilmu, karena minat bacanya telah tergeser dengan kecanduan game/sosmed.
Belum lagi aturan-aturan dari
kurikulum sekarang yang begitu memberikan angin syurga bagi para siswa. Kita
(Guru) dituntut memberikan nilai dengan sistem KKM, dan setiap siswa harus diberikan nilai di atas KKM. Lha ? bagaimana dengan siswa yang doyan bolos
atau siswa yang memiliki motivasi rendah terhadap pendidikan ? , karena doyan
bolos sudah otomatis tugas-tugas serta nilai hariannya banyak yang kosong,
karena bolos sudah tentu dia tidak menguasai materi yang diajarkan guru.
Yap….kembali lagi pil pahit bagi guru, guru memberikan remedial dan bim salabim, ketika raport
dibagi siswa tersebut memperoleh nilai yang aman. Ada nggak 20 atau 30 tahun
cerita begini ??
Dalam setiap tahun, selalu ada cerita siswa- siswi yang bermasalah di sekolah. Sebagai pihak sekolah akhirnya kita melakukan pemanggilan kepada para wali murid, untuk menanyakan kabar anaknya. Karena sudah sekian hari, sekian minggu atau bahkan sekian bulan tidak nongol-nongol ke sekolah. Jawaban orang tua klasik, “anak saya dari rumah pamitnya berangkat sekolah kog bu, berarti saya pikir, dia ke sekolah !’. Nah lo, berarti kemana dia ? ya biasanya setelah sekolah mengadakan sidak, ketahuan nongkrongnya di warnet (ada juga yang di warung, tapi ini prosentase nya kecil).
Ada juga sebagian dari cerita wali
murid, bahwa anaknya memiliki minat belajar yang sangat rendah, sudah diberikan
iming-iming motor baru, HP baru, laptop baru, tapi…tetep aja susah diatur.
Sehingga fasilitas-fasilitas yang diberikan orang tua, serasa sia-sia dan tak
berarti. Atau kadang ada cerita anak yang mogok ke sekolah, karena merasa malu
gadget/motornya sudah ketinggalan dengan temen-temennya. Akhirnya ini membuat
orang tua nekad dengan membeli dengan jalan kredit barang-barang tersebut
dengan harapan anaknya mau kembali lagi ke sekolah.
Sedih saya melihat dan mendapati anak-anak dengan perilaku seperti ini. Kenapa cerita seperti ini bisa setiap tahunnya ada ? ada apa dengan kita, orang tua ? apakah ada yang perlu dibenahi ?
Sudah menjadi fitrah kita, orang tua,
tugas kita adalah mendidik, merawat, mengasuh dan membesarkan anak. Mendidik
ranahnya ya mengarahkan mereka, memberikan penanaman/contoh sikap yang baik dan
mempersiapkan mereka untuk menjadi generasi yang tangguh dan kuat. Tangguh dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan dan tantangan jaman yang akan mereka hadapi. Adapun
hal-hal yang bisa kita lakukan agar putra-putri kita siap menghadapi menghadapi
masalah :
- Berikan kepercayaan pada anak-anak kita untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, dengan cara : kita tidak segera bergegas menyelamatkan anak dari segala kesulitan. Walaupun mereka akan sedikit mengeluh, lelah , cape, bahkan kadang terluka. Biarkan dan berikan kesempatan pada mereka untuk mencari solusi sendiri. Kita bertugas untuk mengamati dan membina serta mengarahkan. Hal ini akan memberikan kepercayaan diri dan motivasi yang kuat bagi anak. Sehingga anak bisa memilih sesuatu yang dia inginkan dan berusaha bertanggungjawab penuh atas pilihannya.
- Ajarkan anak
mengelola waktu dan me-manage uang. Lha kan mereka masih kecil ? nah
itulah seninya, sekaligus kita bisa ajarkan anak untuk belajar berhitung. Hal ini sudah saya terapkan dari
anak masih kecil, anak saya ajarkan tentang nominal. Artinya, ketika mereka
merengek untuk meminta mainan ataupun barang, saya ajak dia berhitung tentang
kebutuhan-kebutuhan yang wajib dipenuhi terlebih dahulu. Dia akan tau mana yang
prioritas mana yang tidak. Sehingga dia akan paham mana keinginannya yang bisa
kami turuti dan mana yang kami akan tolak, tentu dengan penjelasan yang logis
dan bisa diterima olehnya.
Kami juga biasa jelaskan bagaimana ayah-ibu bekerja dalam setiap harinya, saya ajak dia berfikir dengan selingan cerita, saya deskripsikan tantangan dari mulai berangkat kerja hingga pulang kerja. Dari sini anak akan tumbuh rasa empati pada orang tua. Selain belajar nominal uang, dia akan mengerti bahwa waktu juga penting, karena setiap hari dia melihat bagaimana aktivitas dan kesibukan yang dilewati ayah-ibu setiap harinya.
- Berikan
pengertian tentang manfaat dan mudhorotnya alat-alat elektronik serta gadge. Sedini mungkin selain kita
menjelaskan dan memberikan pengertian pada anak, kita juga harus tanamkan pada
diri sendiri, untuk mejadi contoh yang baik bagi anak, dengan cara melakukan
tindakan yang nyata. Seperti melarang atau membatasi penggunaan gadget, sebelum
kita terapkan pada anak, ya kita harus disiplin, terpakan dulu pada diri
sendiri/orang tua.
Saya tak henti-hentinya mengingatkan, fungsi utama dari sebuah HP awalnya adalah sebagai alat komunikasi jarak jauh, tapi seiring waktu HP bergesr menjadi kebutuhan untuk alat promosi, alat untuk eksistensi lewat sosmed, alat untuk mendapatkan hiburan yaitu game. Bisa menjadi manfaat kalau kita bijaksana dalam penggunaan. Perlu diingatkan juga bahwa semua alat-alat elektronik itu dapat mamancarkan gelombang elektromagnetik, yang bisa menganggu kesehatan. Sebutkan dan jelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkan. Ajaklah mereka bercerita, bahwa bangsa yahudi yang meciptakan dan mengembangkan teknologi saja , malah tidak menikmatinya lho, karena pemakaian di sana diatur dan dibatasi.
- Arahkan dan
berikan dorongan anak-anak untuk memilih dan menekuni bakat dan minatnya. Sering orang tua hanya fokus pada
kekurangan anak, misalkan : anak tidak bisa menguasai ilmu matematika dan
sains, lalu orang tua mem-push nya mati-matian agar anaknya bisa seperti yang
diharapkan.
Hal ini tidak sepenuhnya salah, tapi sebagai orang tua kita pasti tau dong, kita sendiri punya kelemahan dimana, punya bakat dan keamampuan yang lebih juga di mana ? arahkan dan dorong anak-anak untuk bisa berprestasi pada bidang yang dia kuasai, pada bidang yang dia minati. Sehingga tidak ada lagi cerita bahwa yang mempunyai masa depan yang baik hanyalah anak-anak dengan nilai akademis yang tinggi, sisanya adalah masa depan suram. Prestasi yang didapat pada bidang yang dia tekuni, ini akan menjadi bekal bagi kehidupan dia di masa yang akan datang.
- Ajak anak untuk
berdiskusi dan bermusyawarah. Dengan mengajak dan melibatkan anak
untuk untuk berdiskuai, bisa membuat wawasan serta pemikiran anak lebih open
minded. Anak juga menjadi kreatif, mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik,
serta bisa belajar menghargai perbedaan.
Sebagai orang tua, kita harus berusaha menghargai apa yang menjadi pemikiran anak, maka kelak ini akan menjadi feedback yang positif dalam keluarga.
- Tanamkan
kebiasan-kebiasaan yang baik dari kecil. Saya pernah membaca suatu artikel
parenting yang memaparkan tentang system pendidikan di jepang. Bahwa anak usia
sekolah dasar, dari level 1 sampai dengan 3 (di bawah usia 10 tahun),
siswa-siswi di sana belum diajarkan
tentang baca tulis, knowledge ataupun berhitung. Lantas materi pembelajarannya
apa ? Siswa-siswi di jepang diajarkan
tentang kebiasaan-kebiasaan yang baik, budaya yang beradab yang lebih
menekankan pada character building. Kebiasaan- kebiasaan yang baik tersebut
antara lain : menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, menghargai
lingkungan, menghargai kelompok/komunitas.
Sehingga kita bisa melihat hasil dari pendidikan tersebut, masyarakat Jepang tumbuh menjadi masyarakat modern yang beradab. Tidak ada larangan buang sampah sembarangan, tapi sampah tidak terlihat berceceran karena masyarakatnya mempunyai kesadaran yang tinggi. Para pejabat publiknya pun dengan penuh kesadaran mereka melayani rakyatnya dengan baik, mereka mempunyai budaya malu yang tinggi. Seandainya ada kelalaian atau pun ada pejabat yang terindikasi korupsi, tanpa proses peradilan yang berbeli-belit, pejabat tersebutpun siap untuk bunuh diri. Dan masih banyak cerita-cerita baik yang lainnya dari Negeri sakura ini.
Hakikatnya pendidikan itu harus selaras, selain membentuk manusia yang canggih dalam ilmu pengetahuan, juga mempunyai iman, moral, budi pekerti dan budaya. Sekian tulisan dari saya, ini tulisan parenting pertama yang saya buat dan saya terbuka untuk kritik dan saran.
Tag :
PARENTING
0 Komentar untuk "MEMPERSIAPKAN ANAK UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN DI MASA DEPAN"