Oleh: Lavia Sri Dayanti
Anak-anak
merupakan generasi calon pemimpin di masa depan. Kemajuan bangsa nanti
bergantung pada kualitas anak saat ini. Tapi jika kita melihat fakta
sekarang, agaknya masa depan yang cerah
itu akan sulit tercapai. Pasalnya semakin hari semakin tak karuan saja kelakuan
anak-anak di negeri ini. Sebagai contoh, adanya 5 siswa SD di Samarinda yang ketahuan meminum miras di
dalam kelas. Parahnya lagi, mereka melakukanya saat jam pelajaran. Agar tidak
dicurigai oleh guru dan teman-temanya, mereka mengaku memasukan minuman haram
itu ke botol yang mereka bawa sendiri.
Adapun miras yang mereka konsumsi adalah jenis anggur dan oplosan alkohol 70 persen dan minuman berenergi dan sesekali dicampurkan dengan obat sakit kepala. Satu di antara mereka mengaku memperoleh minuman haram itu di warung kelontong yang jaraknya tak jauh dari sekolah. Akibatnya mereka sering berbuat onar di dalam kelas, bahkan pernah menantang guru berkelahi saat ditegur. Kelima anak tersebut beserta walimuridnya dibawa ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Namun saat tiba di kantor polisi, salah satu orang tua mereka menangis histeris bahkan sampai berguling-guling di lantai karena tidak menyangka bahwa anak yang selama ini patuh terhadapnya bisa melakukan hal itu.
Jika kita
menganalisa kasus tersebut, anak-anak itu tak sepenuhnya bersalah. Karena
mereka juga mencontoh lingkungan yang tidak baik (dalam kasus ini budaya konsumsi miras)
ditambah dengan mudahnya akses mendapatkan minuman keras itu. Anak-anak
sepatutnya dididik dalam keluarga, untuk membentuk karakter yang berkualitas.
Namun dalam lingkungan pergaulan yang semakin rusak, sangat mungkin bila anak-anak
itu terpengaruh walaupun sudah dididik
dari rumah. Ditambah beratnya tuntutan nilai di sekolah dengan seabreg
materi menjadikan hiburan dalam
pergaulan sebagai kebutuhan. Bahkan mungkin tidak peduli hiburan itu yang
menjerumuskan mereka pada yang haram. Menjadikan standar kebahagiaan bukan lagi
pada ketaatan tapi pada kesenangan sesaat.
Semua masalah
ini tidak lain adalah akibat dari sistem
yang ada sekarang yaitu liberal, menjunjung tinggi kebebasan berekspresi
menjadikan pemerintah tidak mempunyai aturan yang tegas untuk memberantas
segala macam kriminalitas termasuk peredaran miras. Jadi solusinya tidak
berhenti pada pembinaan dalam keluaraga, tapi memang harus mengganti sistem
yang rusak ini dengan sistem Islam. Sebagaimana Islam pernah dijadikan sebagai sistem
kehidupan selama 13 abad lamanya. Dalam Islam, yang pertama kali diajarkan di
sekolah adalah penerapan akidah kemudian setelah dewasa mereka diajarkan
bidang-bidang tertentu seperti ilmu Fiqih, Astronomi, Kimia, Algoritma, dll.
Sehingga akidah sudah tertanam sedari awal untuk membentuk generasi yang
shalih. Dalam Islam, negara akan menutup segala macam peredaran barang-barang
haram. Menyiapkan hukuman yang membuat jera para pelanggar.
Tag :
PARENTING
0 Komentar untuk "MIRIS, SISWA SD MABUK DALAM KELAS"