oleh: Ayu
Hari mulai petang, malam telah tiba.
waktu telah mencapai pukul 20 : 05. Aku baru saja selesai merapihkan kamarku
yang setiap harinya tak luput dari suasana berantakan. Jadwal yang padat,
banyaknya kegiatan, dan tugas yang menumpuk membuatku tak punya banyak waktu
untuk membereskan kamarku selain di hari libur dan malam hari. Sebenarnya aku
hanya seorang mahasiswi biasa, tak seperti mahasiswa mahasiswi yang lainnya.
Aku hanya mengikuti beberapa orgnisasi saja di kampus, hanya sedikit. hanya
saja faktor finansial membuatku terpaksa harus menjalankan 2 hal sekaligus,
Bekerja dan kuliah.
"Kruyuk... Kruyuk..."Tiba2 saja aku mendengar sebuah suara, lambung kosongku memanggil"ah aku lapar, perutku keroncongan" ringisku dalam hati pada diriku sendiri"
Setelah makan siang tadi aku memang
belum makan lagi, dan kini lambungku menagih hak nya
"Kruyuk...kruyuk...kruyuk..."
perutku kembali bersuara
"ah aku lapar sekali, tapi malam sudah hampir larut. Tidak baik juga kalau perempuan keluar malam-malam sendirian, apalagi hanya beralasankan mencari makanan untuk memenuhi lambung kosong" ujarku lagi dalam hati. Meski hanya pernah menimba ilmu di pesantren selama enam tahun saja tapi aku bukan gadis yang suka keluar malam, apalagi sendirian! kalaupun pernah, aku pastikan itu bisa dihitung jari. aku selalu mengingat nasihat seseorang, sosok pahlawan sederhana Yang sangat lemah lembut tutur katanya. Ayahku selalu berkata : "nak, anak gadis itu tidak baik keluar malam-malam sendirian tanpa ditemani mahromnya, nanti bisa terjadi fitnah. Kau seorang gadis, jadi kau harus ingat itu, apalagi kau telah ayah bekali ilmu agama di pesantren. Sangat tidak pantas! kau tahu hukumnya bukan? meskipun memang di zaman seperti ini sangat sulit sekali untuk menghindarinya. Setidaknya kau harus punya alasan kuat jika kau melakukannya" tuturnya saat itu, saat usiaku masih menginjak 17 tahun. Aku menengok pada jam bekerku "hemm.. sudah jam 08 malam lebih" ucapku lesu
"Kruyuk...kruyuk..kruyuk..."
lagi lagi perutku keroncongan, cacing-cacing itu enggan berhenti menagih hak
nya, memintaku untuk segara memenuhi panggilannya
"ahh sudahlah, aku tak peduli.
Aku lapar sekali! aku pergi sajalah!"
Aku bersiap-siap dari dalam kamar kostku untuk pergi keluar mencari makanan. Aku mengambil pakaian yang sudah tergantung satu set dengan jilbabnya. Gamis berwarna biru dongker yang menjadi pilihanku, dipadupadankan dengan jilbab biru lautku yang sudah aku pakai sebelumnya. Dengan perlahan aku membuka pintu kamarku
"bismillaah" ucapku dalam
hati. Satu demi satu anak tangga aku turuni, hanya tinggal tiga anak tangga
lagi yang harus aku turuni, belum selesai aku menuruni anak tangga dan
"teg!" langkahku terhenti. Pandanganku tertuju pada sepeda motor
berwarna merah yg terparkir di depan kamar teman kampusku. "dia
disinikah?" tanyaku pada diri sendiri. Aku melihatnya. Seseorang yang
berada dalam kamar kost teman satu kampusku. Dia mengenakan celana hitam dan
baju putih kokoh, dia duduk tepat di ambang pintu kamar,sedang dua teman
laki-lakinya duduk di sampingnya
"pria itu, dia masih suka berkunjung ke kost sini rupanya.Ya tuhan,dia ada di sini" bahagia bercampur sedih aku dibuatnya.aku bahagia,lelaki yang aku cintai sekaligus tetangga kamar kostku yang beberapa waktu lalu telah pergi pindah kost bisa aku lihat kembali akhirnya.Aku bersedih, karna keadaannya sudah tak seperti dulu lagi,tidak seperti saat kita masih bertetangga.
"hufttt..." hembusku
menguatkan hati agar dapat melewati kamar kost temanku yang sedang
disinggahinya itu dengan tenang. Aku berjalan dengan pandangan lurus ke
depan,tidak menoleh ke kanan ataupun ke kiri,sedikitpun tidak. Aku tidak mau
hatiku terluka lantaran melihatnya ada namun aku tak mampu berbuat apapun. Aku
juga tidak ingin menyapa sesiapapun juga yang ada di dalam kamar kost temanku
itu yang seperti biasanya aku lakukan. Aku tidak peduli akan dibilang sombong,
arogan atau sejenisnya. aku membuka pintu gerbang kostku dengan cepat namun
tetap berhati-hati, rasanya aku ingin segera keluar dari zona tidak nyamanku
ini. Selesai ku buka pintu gerbang aku kembali menutupnya,selangkah demi
selangkah aku mulai berjalan menyusuri jalan gang yang sepi nan gelap ini. Gang
Dalang namanya,jalan gang kostku ini memang sepi, gelap, sunyi dan tidak begitu
ramai bagai rumah tak berpenghuni meski kurang lebih 100 meter dari kostku
terdapat jalan raya. Dapat ku pastikan jikapun ada orang yang berteriak meminta
tolong tak akan ada yang mendengar. Suasana malam dan siang tak ada bedanya di
sini,sama saja. Sama-sama menyeramkan! meski Di samping kostku terdapat rumah
gedong yang dilengkapi kolam renang yang airnya ku lihat berwarna biru jernih
segar,taman yang luas nan bersih serta di sampingnya terdapat juga kebun yang
sangat luas yang selalu terawat. Sedangkan di depan kostku terdapat hutan
rindang penuh dengan pepohonan hijau yang telah menjadi tempat wisata, yang
setiap akhir pekannya tak pernah sepi oleh para pengunjung. Sebungkus nasi
goreng telah ku beli dari warung angkringan samping jalan raya dekat kostku
sana. Hujan mulai rintik-rintik, aku berjalan dengan tergesa menuju kostku.
Sedang lambung kosong tak hentinya berkicau. Aku menghentikan langkahku saat
beberapa langkah lagi sampai pada depan pintu gerbang kostku, ku buka pintu gerbang
perlahan. Motor yang semula aku lihat masih berada pada tempatnya, tak berubah
sedikitpun, itu bertanda kalau dia masih berada di sini. "Alhamdulillaah
dia masih di sini" syukurku dalam hati. Saat akan melewati kamar kost
temanku aku memandang ke arahnya, ku dapati ia pun sedang menatap ke arahku.
Mata kami bertabrakan. Aku tersenyum padanya, dan ku lihat dia juga tersenyum
padaku, hanya saja ku lihat senyumnya seperti tertahan, tak sepenuh hati. Ia
terlihat seperti menyembunyikan senyum itu dari kawan-kawannya. Tapi aku
mengerti,mungkin ia memang menahan senyumnya. Mungkin dia takut merasa malu
kalau-kalau kawan-kawannya melihat ia sedang tersenyum padaku,pada gadis
norak,kuper yang juga tak rupawan,tak pandai berpenampillan tidak pula
cerdas,gadis biasa-biasa saja yang sangat sederhana. Aku melanjutkan
langkahku,anak tangga ku naiki satu persatu menuju kamarku. Aku membuka pintu
kamar dan mulai membuka sebungkus nasi goreng yang aku beli dari abang yang
tadi. Nafsu makan dan laparku telah hilang,aku sudah tak berselera lagi untuk
makan. Entah karna terlalu lama menunggu antrean beli atau karnanya tadi. Meski
demikian,
aku tetap memakan nasi gorengku. Membuang walau hanya sebungkus nasi goreng begitu berharga bagi anak kost-kostan sepertiku yang uang pas-pasan dan jauh dari orangtua. Pintu kamar ku biarkan terbuka,aku biarkan angin malam masuk ke dalam kamar dan menyusup tubuhku. Sangat sejuk sekali kurasa,aku tahu itu buruk. Angin malam memang tak baik,tapi aku sangat menyukainya sedari aku hidup dalam lingkungan pesantren. aku melahap nasi gorengku,satu demi satu suap nasi mulai ku kunyah. Tak lama aku mendengar suara langkah kaki seseorang yang menaiki tangga,aku menengok. Ku dapati ia lah yang sedang berjalan menaiki tangga,ku pandangi tubuhnya yang meski hanya dari arah belakang saja dapat ku lihat. Ku lihat dia berjalan dengan sangat perlahan,sangat pelan. Dia terlihat seperti orang yang kehilangan semangat hidupnya. Mataku mulai berkaca-kaca, butiran-butiran bening telah menggantung di kelopak mataku. Hatiku terluka melihatnya seperti itu,sangat terluka. Aku tak kuat memandangnya. aku begitu merasa iba, rasanya ingin ku peluk erat saja dia. Rasanya aku ingin tahu apa yang telah terjadi padanya,aku ingin tahu isi hatinya. "Ya tuhan... mengapa langkahnya sangat gontai? hamba sakit melihatnya bersedih yaa Robb. Hilangkanlah apapun yang telah membuatnya terluka,sembuhkanlah cintaku tuhan" lirihku dalam hati. Ku hapus semua air mata yang telah membanjiri pipiku. Ku lihat ia telah selesai menaiki tangga. Aku segera menutup pintu kamar kostku, aku takut dia melihatku. Dari dalam kamar aku mendengar suara sebuah kunci membuka pintu kamar kost sebelah kamarku yang tak lain adalah bekas kamarnya kostnya. Dinding Bangunan kost yang aku tempati ini memang tembus suara,karna dindingnya hanya terbuat dari papan kayu saja,sehingga suara dari luar, dari samping/tetangga kamar,juga dari dalam pun terdengar "itu pasti dia,kunci bekas kamarnya pasti masih ia pegang, dia pasti mau mengambil barang yang masih tersisa. Tuhan, aku ingin sekali menemuniya,walau mungkin hanya seulas senyum yang bisa aku beri" tuturku dalam hati. Dia memang baru saja pindah kost beberapa hari yanglalu,belum sampai satu pekan ia meninggalkan kost ini. Aku berfikir keras mencari cara agar aku bisa keluar sehingga aku dapat bertemu dengannya dan melihatnya dari dekat. Setidaknya itu dapat sedikit mengobati lukaku. Aku mondar-mandir gelisah dalam kamarku tak jua mendapatkan ide. Aku melihat handuk hijauku yang tergantung. aha! Aakhirnya aku mendapatkan ide, aku mulai menyusun rencana. Aku berencana untuk berpura2 menjemur handukku yang basah di luar,aku akan menggantungkannya pada pagar2 yang terbuat dari besi yang berada di depan kamar kostku,dengan begitu aku akan dapat bertemu dengannya secara langsung" fikirku senang
Aku mengambil handukku,membuka pintu
dan menggantungkannya di tempat yang telah direncanakan. Aku menengok tersenyum
bahagia pada pintu bekas kamarnya,tapi yang ku dapati pintunya tertutup rapat
seperti telah terkunci kembali. Aku mulai resah,dengan sigap aku
mendongak,memandang atap kamarnya,memastikan kalau lampunya masih memyala. Tapi
kamarnya gelap,lampunya redup. aku memasang telingaku baik2 agar dapat
mendengar suara seseorang yang mungkin saja ada di dalamnya "barangkali saja
malam ini dia tidur di sini dan mungkin juga dia sedang bersiap-siap
tidur" 1 menit,2 menit,3 menit,5 menit,7 menit aku menunggu,tak kunjung
terdengar suara dari dalam bekas kamar kostnya. Aku mulai putus asa,mataku
kembali berkaca-kaca "mungkin saja dia sudah turun kembali" fikirku
menguatkan hati. Aku menoleh ke bawah "ya tuhan... Sepeda motornya sudah
tidak ada lagi di sana, dia telah pergi tuhan.." tangisku pecah,rasanya
ingin sekali berteriak sekuat mungkin dan menangis sejadi-jadinya. Dia telah
pergi rupanya! mungkin dia pergi saat aku sedang berada di dalam kamar,saat
mencari cara untuk bisa menemuinya sehingga aku tak mendengar suara motornya.
Iya, tembok kamar kost kami memang terbuat dari papan. Tapi entahlah, aku
memang tidak mendengar suara apapun saat itu. Mungkin karna aku terlalu fokus
memikirkan cara agar dapat bertemu dengannya..
Tag :
PERGAULAN
0 Komentar untuk "GAGAL TEMU"