AMALAN HATI

AMALAN HATI

                                                               Oleh: Asma Zahidah

Apa sih amalan hati itu?
Coba jawab pertanyaan di bawah ini :
Apa arti amalan dalam bahasa Indonesia?
Apa arti hati dalam bahasa Indonesia?
Yups. Makasih sudah dibantu jawab.
Amalan dalam KBBI berarti perbuatan, sedangkan hati merupakan kata benda yang memiliki banyak makna, tapi disini saya ambil makna sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dan sebagainya)
Jadi, amalan hati adalah perilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh hati, hanya hati yang bisa melakukannya, bukan pikiran atau fisik. Hati itu juga beramal lho, seperti niat pikiran kita.
Contoh amalan hati adalah ikhlas. Coba kamu pikirkan, saat otak kita merespon untuk berbuat ikhlas, supaya menerima dengan ridho dan lapang dada sesuatu yang pahit, tapi apakah hati ini menerima?
Contohnya, saya memberikan uang kepada ibu saya sebagai tarohim (tali asih) karena setelah berkeluarga saya tidak bisa sering menjenguknya, kemudian saya bilang kepada saudara-saudara saya yang lain. Apakah dengan saya mengatakan kepada saudara-saudara saya yang lain itu tanda tidak ikhlas?
Tunggu dulu, tidak bisa langsung menjudge yah...
Niat orang memang tidak terlihat, tapi hasil dari niat pasti kelihatan. Ada sebuah hadits dari Abi Hafshin alias Umar bin Khottob  r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda, 
إنما الأعمال بالنية ولكلّ امرئ ما نوى،،،،،،،،، (متفق عليه)
Amalan itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan niatnya. (Muttafaq ‘Alaih)
Coba kita lihat antara manfaat dan madhorot dari memperdengarkan kebaikan. Diantara manfaatnya :
Pertama, belajar ikhlas. Walaupun saya sebut-sebut kebaikan saya, apakah hati saya masih beramal sesuai kehendaknya? Ataukah hati ini mengikuti kata pikiran, “kamu nggak ikhlas, kamu pamer kalau disebut-sebut begitu”?
Kedua, memotivasi dan mengajari saudara-saudara saya yang lain untuk belajar menyisihkan harta untuk ibu. Kenapa? Karena banyak orang yang ringan sekali memberikan bantuan pada orang lain, seperti banjir di Bima, kasus kemanusiaan di Aleppo, Suriah, dan Palestin, serta kasus-kasus lain. Tapi dia kurang peka dengan kondisi keluarganya sendiri, adiknya kena PHK istrinya mau lahiran, eh uangnya diarahkan ke Aleppo. Atau adiknya kecelakaan bisa bantu tiga ratus ribu, donasi ke Aleppo satu juta padahal adiknya luka parah. Ini contoh kecil ya... lebih bagus lagi bias bantu keluarga juga bisa bantu kasus kemanusiaan dengan nominal sesuai yang dibutuhkan dan kita mampu.
Ketiga, Membuat orang tua bahagia. Kenapa? Karena dengan sikap menyebut kebaikan, orangtua akhirnya tau kalau anaknya rajin dan sering berinfaq. Orangtua mana yang nggak bahagia punya anak rajin sedekah, rajin berinfaq... ya apa iya?
Keempat, dengan menyebut-nyebut amal, orang lain termotivasi dan ikut melakukan kebaikan serupa. Pahalanya buat siapa? Tentu orang yang termotivasi akan memberikan pahala kepada orang yang memotivasinya tanpa mengurangi pahalanya sendiri.
Kelima, jika saudara-saudara kita termotivasi untuk melakukan hal serupa dengan apa yang kita lakukan, betapa bertambah kebahagiaan orangtua, karena tidak hanya satu anaknya yang baik dan rajin sedekah, bahkan semua anaknya rajin sedekah.
Lalu, apa madhorotnya?
Pertama, hati ini benar-benar tidak ikhlas. Dan ini merupakan tanda adanya penyakit hati yang harus diobati, bukan dikembangbiakkan.
Kedua, sebagai ajang membanggakan diri. Hal yang sama dengan point pertama, harusnya kita banyak istighfar dan memohon ampun pada Allah SWT supaya terhindar dari hal demikian.
Ketiga, terkesan pamer. Contoh, seseorang yang sudah melazimi sholat dhuha di rumah, kemudian saat dia akan sholat dhuha di kantor dia khawatir dikatakan pamer (riya’) sehingga dia membatalkan sholat dhuhanya hanya karena takut pamer, sebenarnya dia justru sedang riya’. Karena dia sholat dhuha bukan hanya untuk ibadah kepada Allah semata, melainkan ada kekhawatiran lain yang menyertainya.
Dari madhorot yang ada, semuanya adalah hal negatif, yang seharusnya diperbaiki bukan justru dikembangbiakkan. Jadi, mau menyembunyikan amalan hati dengan menyimpan bibit riya’ atau mau memperdengarkan amalan hati dengan berusaha belajar memurnikan niat hanya untuk Allah semata? Allahu A’lam bish showab.

Tag : NASIHAT
0 Komentar untuk "AMALAN HATI"
Back To Top